Senin, November 17, 2008

Dewi

kuasa putih mendelikkan wajah pada tidur
lagi kutulis nama diatas desah yang beruarai rerambut dari surga
kisah,
yang melompat dari matamu adalah jiwaku.
jika kembali kau rebut sehelainya dari rumah kita..

pasti seribu duka menggunung pada leher dan jantungmu.

kubaca wajahmu,
sekepal arah kuhirup nafas dari mulutmu.
sekian inci telah kudengar luka dari telingamu.
den seperdualima warna dunia hilang,
ketika sebuah lesung bergoyang pada pipimu.

Dewi...

Jeda Sachree

Membunuh Di Bukit Cemara


Berlayang waktu pada matamu yang bertabur batu
Aku tahu kepak rindu mencubu ujung cintamu
Seperti juga engkau, masa mengikat jemari sejarah
yang terulang pada dentuman jiwa.
Perempuan.

Huh, sekali lagi untuk negeri kuungkap wajahmu kekasih
Hemberontaklah pada keperempuananmu.
Dulu pernah kau sanggul pada sarung batikmu
Tapi seuntai cinta.
Memberimu liar, duka menganga diatas jidad logika.
dengan tangis kau anggukkan kelemahan padaku.
Kurobek segala hormat, kukuak semua hasrat
Engkau tak ada.
Kekasih.

Sekali lagi puncak bukit bertabur bunga cemara kita daki
Untuk sekedar menemukan sebuah cerita bahgia.
Seperti juga duri-durinya pada sebatang kaktus,
Igaumu memberiku labirin waktu yang tak pernah usai.
Nestapamu adalah perempuan di negeri ini
Yang telah berkubang pada debu dan batu.
Tak ada beda. sumpah !

Hingga penantianmu di ujung perubahan tak kudatangi
Kau ludahkan segala realitas, untuk sekedar menelan malam
Dan kembali kau hilang dalam kekelamanya
Sayup kelelawar menceritakan kisah seribu perempuan luka
Engkau men-titik pada sekian noda yang pernah kau buang

Kekasih,
Engkau lemah.
Kekasih engkau jatuh pada rindu.
Dan meradangkan kepal sebesar kebencianmu padaku.

19 oktober 2008