I’TIMAD
( jati diri manusia yang hilang )
Walau entah kemana arah kiblat
Tapi aku jelas bisa menatap titik putih sinar mata
Yang terus menggenangi ceruk di belahan jiwa
Hingga kuredupkan semua pada awan
Seuntai melati kuikatkan untukmu
Karena embun tak juga dapat kuraup sejuknya
Kau rebahkan langit diatas batu untukku
Cintamu menyingkap raga busuk ini menjadi dewa
Dan ikhlasmu membelenggu para musafir
Yang agung oleh kelana bertaburan nama-nama
Hingga punukku pecah berdarah
Pasir dan badai melahap dikedalaman kabut gelap
Untuk membakar kerinduan ini
Dan rembulan pulangkan aku pada setangkai dahan kelapa
Agar aku bisa menatap masa depan
Kusedekapakan tubuh pada angin
Separuh gelombang laut meridlokanya
Untuk mengingat bibirmu Yang ranum oleh pesona senja,
Kala membidik utuh tubuhmu
Kubawa kau kembali merenda lentera-lentera di tengah laut
Malam itu para sufi melemparkanku dengan egoisnya
Pada mulut-mulut berliur penuh quldi
Anggur kering yang kini basah oleh comberan
Tercampakkan dari taman surga
Berceloteh kebenaran yang membingungkan
Syahdan 22
Atau memaksa diri menyanyi bersama filsuf
Melarutkan diri bersama bayang-bayang terguncang
Dan tak kubaca Dia, bahwa sinar itu adalah aku
Melambaikan tangan-tangannya yag suci
Mengepakkan syap-sayap perak menebar aroma cinta
Kitab sucikupun robek bersama luka-luka di hati
Pohonnya yang rindang menyejukkan hati
Dan hari ini mata pisau menguliti dengan kebutaanya
Menbabat akar menumbangkan pohon-pohon
Berlaari tanpa batas,
Beretempat tanpa ruang,
Berdetak tanpa waktu
Msjd Besar Kauman Jogjakarta, 22 November 2002
MEMBELAH BUMI TUHAN
Aku berhutang kepadamu langit
Yang telah kau turunkan hujan-hujan
Kau tampung tangis dan kesedihan
Sehingga mawar membisu basah oleh embun yang kau ciptakan
Akankah kau minta juga kesucian ini
Bukan itu yang kumaksud
Tapi selendang yang kau balutkan dilehermu
Mengundangku tuk bercumbu dengan malaikat
Menghujat manusia penghuni auditorium purnama
Gelagat dewapun menderu, mengejar mengalirkan ekstase
Untuk mengimpikan tiap ruas pulau Macquare di tengah laut
Tertanam darah dan badai, itulah Tuhan
Yang menggambar manusia dalam bingkai
Laut Scotia bergejolak, keluar dari peta takdir
Sapen, Yogyakarta, 23 Februari 2003