Rabu, Januari 14, 2009

Membaca Angka 509

Kembali aku mengais masa kecilku yang hingga detik ini mulai habis dalam ingatanku. Ya tiga buah deret angka lima,kosong dan sembilan.Angka dari sekian perjalanan yang selalu kuulang dan kuulang seumur hidupku untuk bertemu dengan angka itu. Pada serpih diaryku masih kuingat betul bagaimana titik idealismeku telah muncul, menjadi satu keinginan,hasrat dan cita-cita. Entah tiga angka yang merefleksikan sebuah kejahatan, dan kehancuran ketika tubuh menabrakkan pada realitas. Namun dengan kesadaranku muncul perkataan aku ingin menapakkan angka pada jantung hingga terbunuh seribu kali, dan ternyata berkali dari sekian waktu yang terbaca melalui gerak kreatifitasku, justeru aku terbekam dan terbungkam dalam angka itu.509.
Pernah kuungkit angka itu dalam sepenggal puisi ternyata secuil katapun tak mampu kutuliskan dalam puisi. Prosa?tiga angka jika kuurai dalam prosa cerpen apalagi novel justru melesat jauh dari huruf, bisa jadi novelku bercerita tentang sebuah cerita, tapi itu bukan angka 509 atau mungkin cerita tentang 509 tapi itu bukan bagian dari angka itu sendiri. Sederet angka mungkin dapat kubaca menjadi sekian jika aku disiplin dalam kalkulasi, bisa kutambahkan hingga menjadi14, tapi ternyata nurani keadilanku tak berpihak, bagaimana tidak jiga ternyata satu angka tidak terbaca dan tidak menghasilkan apa-apa. nol. Atau kukalikan mungkin menjadi empat puluh lima, 509 menjadi sangat sakral dan bercitra sejarah yang sangat tinggi, karena tahun empatpuluh lima nenek dan guruku selalu memperingatinya sebagi hari kemerdekaan. Tapi apa artinya hari sakral dalam empat lima itu kalau ternyata kembali nol tak memberi nilai. Sebagian dari tubuh yang kurunut tak meneriakkan kemerdekaan bahkan hanyut dalam hampa ya, karena nol.
Lalu apa 509? bertahun lamanya aku mengingat angka itu, bahkan seorang teman kecilku yang sekarang menjadi kuli di Jakarta selalu memakai angka itu sebagai simbol kekuatan, idealitas hidup dan konon karena angka itu dia menjadi preman dengan. Meski sebenarnya si teman kuliku itu tidak tahu apa-apa tentang arti dan makna angka itu. Di tatoo, tipe recorder, jacket bahkan pada kitab sucinya dia tulis angka itu.
Kembali aku menguak angka 509 tak penting arti dalam hitungan matematika atau idealitas dalam fiksi yang akan terbangun, namun bagiku tiga angka itu memberikan aku jalan kembali kepada jalan panjang semasa kecil yang pernah ku tapaki. Sebagai anak kreatif yang suka menggambar darah, celurit dan daun singkong. Meski aku bukan simpatisan kekerasan, apalagi berdarah-darah akibat kelalaian pemakai ganja.
Terima kasih usatadz di pesantrenku dulu karena telah menggambar daun singkong itu, aku ditakdzir hingga meneteskan airmata dan dalam buku BP aku bagian dari anak bandel yang nomer 341. Kembali angka menggelanyutiku....wallahu a'lam.