Hologram diatas Makam
pada subuh kukumandangkan nyawa, laksanakan sebuah mimpi
lalu ketika dzauq terantuk lelangit, engkau menderingkan nyawaku
hidup dalam genggaman mesin
cinta berkubang huruf dan angka
jeritan tertahan, orgasme yang tak sampai
toh aku tak menidurimu kekasih
untuk sekedar melingkari nafsu, kita sanggul cinta atas nama Tuhan
toh aku tak memercikkan warna pada intan beningmu
sampai ketika mataku jatuh, kulitku lenyap engkau nyata
bergaris nyala, menyilangkan tiap ruas bahgiamu
dan diantara hilangku, pedang musuh membabatku.
zahwa,
telah kuurut sebuah nama dari cengkeraman waktu
hingga kutinggal jemariku diantara gigimu yang menyumbuiku.
sebuah kampung yang kusobek dalam petak telah menggelegak.
rindupun datang menyergap diantara perang ini
lebih dari satu perjalanan pada musim ini
lebih dari sepekan ketika kuhinggap pada puncak sinai
lebih dari sedetak jantung kuingatimu
lebih dari senyawa angin yang mendesir pada tubuhku
ketika aku mencintaimu diantara darah yang kutebar
ombak, batu dan sekerumunan orang-orang suci, aku pernah ada.