Senin, Mei 05, 2008

Surat Kepada Pak Polisi (Sedikit Cerpen Usang)

Tahun 2005 waktu itu ketika ada acara ulang tahun kota Yogyakarta, pada hari H acara, aku disuruh Mas Hamdi Salad untuk menjemput isteri beliau; Mbak Abidah El-Kaliqy ke tempat acara. Waktu itu aku menggunakan sepeda motor alfa 2R milik Mas Hamdi, kendaraan yang sudah menjadi TO (target operasi) semua polantas sepanjang jalan Solo. Karena aku juga tahu dengan keadaan motor yang sudah dihafal oleh semua polisi maka dengan pede jalan kutelusuri. Dari depan stadion Mandala Krida melaju terus menyusuri jalan Timoho, lalu masuk lampu merah depan UIN Sunan kalijaga masih aman, namun Naas ketika harus melewati lampu merah Janti, dari jauh sudah aku lihat lampu hijau akupun menambah gas agar bisa ngejar lampu hijau. Tapi memang naas ketika tiba sampai di lampu lalulintas itu justeru lampu merah, karena sudah kadung ngebut dan terburu-buru akupun lantas melaju terus.
Aku kira tidak ada polisi yang sudi mengejarku karena melihat kendaraan yang aku naiki, tapi malah kelihataaya polisi itu malah ngejar sambil ngejek dengan santainya, sambil mengendarai kendaraan Honda Tiger. Polisi yang kemudian aku ketahui bernama Pak Eko itu membuntutiku tanpa menambah gasnya sama sekali. Sementara motor yang aku naiki semakin aku tambah dan tambah,tapi huh. Aku tarik gas sampai mentog, tapi nampaknya muka pak polisi itu semakin tersenyum, wal hasil aku menyerah tanpa peringatan sama sekali, akupun minggir.
Seperti biasanya surat-menyurat ditanya tapi kali ini Pak Polisi Eko itu sudah tahu bahwa motor itu tanpa surat, dan akupun tanpa SIM. Hanya ada KTP satu-satunya identitas kewarganegaraanku, tapi hari itu KTP sudah menjadi pemilik rental VCD sebagai jaminan. Akhirny aku turut ke pos polisi Janti.
Di dalam Pos interograsi dimulai, namun segera aku berakting dengan muka keburu-buru lagi pula semua polisi di Pos Janti sudah hafal dengan motor yang aku tunggangi, bahwa motor itu milik si tubuh tegap Mas Hamdi Salad, yang tentu tak ber STNK. Sebagai tambahan legalitas aku beri alasan bahwa malam itu aku harus segera menjemput artis. Sang polisi hampir saja tertawa mendengar alasanku, tapi melihat profesiku sebagai penulis mungkin mereka menghargaiku. Akhirnya mereka sangat memaklumi dan membolehkan aku jalan terus tapi harus ada jaminan. Akupun meninggalkan hape Noklia 3310ku sebagai jaminan, setelah sebelumnya aku lihat pulsanya sebesar 2750.

Tidak ada komentar: