Jumat, Mei 02, 2008

Sebuah Sistem Budaya yang Terbata-bata.


tanggal 23-27 april aku ke jakarta, untuk mengikuti acara World Book Day 2008. macam-macam acara diselenggerakan di tengah berkumpulnya sekian komunitas baca seluruh nusantara. kalau berbicara baca membaca rasanya kita tentu tidak bisa lari dari sastra dimana fungsi sastra itu sendiri adalah untuk mengajarkan manusia tentang baca-membaca, tulisan dan pengajaran.
okey mungkin sastra tidak begitu menarik lagi kalau kita melihat pada sisi datarnya, yang hanya utak dan atik bahasa dan kata-kata. tapi kemudian dapat kita sadari betapa sastra ternyata juga melahirkan sebuah wacana budaya, lihat saja bagaimana sastra 'selangkangan' beberapa tahun ini menjadai heboh hanya karena sebuah kata ditata dan kemudian menjadai cerita dari cerita itu ada makna baik tunggal maupun berangkai menyebut sesuatu yang bagi kita mungkin tabu, 'seks'. seks kita jadikan tabu karena kita makanai adalah sebuah peresetubuhan. sastra menjadai sangat penting ketika kita dann imaji yang menyatu dengan kita dihadapakan pada wilayah, putih, hitam, merah dan yang lainya. dari waran itu kemudian melahirkan sderet kebijakan dan undang-undang.
so, ada apa dengan sastra? rasanya baru kemaren aku meninggalkan sederet bait-bait puisi yang membuatku gila, lalu aku mencoba memahami prosa hingga melahirkan beberapa novel. belum selesai aku mencoba lari dari novel pop, rasanya semakin jauh ketika tiba-tiba diwajibkan harus berhati-hati jangan terjebak dengan sastra selangkangan. ada apa dengan sastra? aku tak peduli selangkangan,payudara,betis, kuku, rambut atau bahkan tidak kelihatan sama sekali karena berkerudung aku hanya menulis novel pesantren. lalu bagaimana jika aku bercerita seorang santriwati yang kabur dari pondok, naik pagar karena pagaranya tinggi diapun harus menaikkan roknya hingga kelihatan pahnya. sastra selangkangankah?
hari itu Ayu Utami memang mencoba melihat sastra pada posisi yang merdeka, dengan menjabarkan obyektifitas kepengaranganya, dengen menjabarakan secara detail arti seksualitas dan cara pandang masayarakat yang konon masih keliru terhadap perempuan. wacana klasik yang menerabas ke wilayah kata-kata. tapi aku meyakini bahwa tentu ada yang mereka idealkan tentang masyarakat indonesia, diantara masyarakat itu ada tetangga kita, ada keluarga kita dan diantara kelarga kita itu adalah saya dan anda.
saya semakin meraba setiap kata yang harus kutulis, bahwa satu huruf mempunyai kekuatan, ketika satu huruf menjadi satu buku diluarnya terhadapa jaringan yang akan mengantarkanya menjadai sistem budaya, perdagangan, politik, agama dan sosial. jika satu huruf itu secara bersama telah membentuk komunitas bukankah itu bagian dari mesin budaya.
lalu Novel Pesantren? aku nggak bisa njawab.

Tidak ada komentar: