Kamis, Mei 22, 2008

keempat perempuan yang kutemui

suatu hari aku baru saja menemukan dua sahabat perempuan, yang satu teman lamaku dan yang satu lagi teman baruku. dua perempuan itu menurutku memang perempuan ideal untuk zaman ini. sama-sama dari pesantren. mereka cerdas, pintar, kreatif, tangguh dan sangat idealis untuk memandang serangkaian pandangan sosial dan agamanya. aku memang sangat menyukai karakter perempuan semacam itu yang lebih lagi mereka selalu kritis dalam mengungkapkan pandanganya.
sebenarnya sih aku tidak begitu aneh, ketika aku kuliah dulu sering menjumpai orang seperti mereka sebagai sarjana sosial. selain itu aku juga sering bertemu dengan perempuan yang keras berteriak. perempuan dari kalangan manapun, berbasik pesantren, atau non pesantren, memakai kata 'emansipasi' atau 'kesetaraan gender' semua sama-sama ingin menunjukkan eksistensinya. bahwa kata perempuan ada atau tidak ada sejatinya sama dengan laki-laki, manusia. yah prototipe demikian memang menarik untuk dianalisa.
yang kedua aku juga bertemu dengan dua perempuan yang mereka juga sama-sama sahabatku, dan mereka juga sama-sama dari pesantren. mereka tangguh, kuat fisiknya, yang satu ikut dalam pembuatan jalan aspal di daerah jawa timur dan yang satu lagi adalah seorang TKI yang menjadi buruh di negeri orang. mereka cerdas bisa menyaring sebuah kultur budaya hingga ketika si TKI itu datang di negeriku dan ketemu aku mengungkapkan bagaimana kebiadaban si boss dan bagaimana penyerapan budaya dalam tubuh mereka yang tertolak oleh psikisnya.
sementara si pembuat jalan aspal itu, mengkritisi negaranya sendiri bagaimana korupsi dalam pembuatan jalan aspal.
keempat temanku itu semua sama, hanya masalah ekonomi sehingga kedua teman yang kedua mengetahui bagaimana posisinya sebagai perempuan di tengah sosialnya. sementara yang satau lagi secara tidak sadar menyeruakkan dirinya untuk sama dengan lelaki. keras. nah yang membuat mereka sama adalah dalam detak sekian detik ada kesadaran kritis bahwa agama mereka masih ada dalam jiwanya. setelah secara kritis ada pemberontakan, sistem, kultur tanpa batas,bias gender dan lain sebagainya.

entahlah ketika aku menulis ini aku ingin menjadi keempatnya. eit! tapi bukan menikahi keempatnya lho!