Kamis, Mei 01, 2008

Flashback World Book Day 2008


ada dua waktu dimana kita hidup di dalamnya. tapi yang terbaik adalah ketika kita bisa menghadapinya dengan arif dan bijaksana, tidak perlu emosi atau rendah diri. yang kita lakukan adalah mencoba menggali kembali makna hidup. begitulah ketika aku harus keluar masuk kota menuju beberapa tempat. suatau hari aku masuk di sebuah pesantren yang sangat terpencil, mereka selalu menggerutu tentang sesuatu yang sebenarnya bagi kita sangatlah kecil. buku.
ya mereka tidak begitu banyak mengenal buku, bukan karena pesantren melarang mereka untuk membaca buku, tapi kalau kita lihat lebih bijaksana beberapa hal diluar sistem yang mereka bangun yang masih diyakini (dan akupun meyakini) bagus terdapat sistem besar yang menempatkan mereka pada lingkup yang terkecil, terpencil dan jauh. lihat saja bagaimana jalan mereka belum diaspal oleh pemerintah lalu tiba-tiba sebuah minimarket berdiri angkuh menawarkan makanan siap sajai, padahal mereka tidak kelaparan.
pada hamparan kitab kuning, mereka dihadapkan pada sebuah gengsi yang semestinya itu tidak mesti ada. bersarung, kucel dan sikap sederhana justeru menjadikanya obyek empuk sistem apa saja, bisnis, politik, atau bahkan budaya.
aku tidak peduli mereka tidak bisa makan sushi dengan sumpit, atau mereka tak bisa naik eskalator untuk menuju ke sebuah kamar hotel lantai 5, tapi alangkah indahnya jika mereka hidup dengan berarak buku hingga mereka tidak perlu menanggalkan sarung hanya untuk sekedar masuk minimarket.

itu terjadi padaku.

Tidak ada komentar: